Selasa, 28 Mei 2013

Tugas Proposal PI 2

BAB II
TEORI  DASAR


Rangkaian Pencacah barang dengan Up-Down Counter dibuat dari komponen-komponen elektronika yang cukup sederhana. Untuk memahami alat yang dibuat, sekaligus untuk lebih mendalami apa yang akan dibahas lebih lanjut, penulis akan mencoba menjelaskan dasar – dasar pengertian yang menjadi acuan dalam membuat rangkaian ini dan komponen apa saja yang digunakan.


2.1. Resistor
Resistor adalah suatu komponen elektronika yang dapat menghambat arus
listrik. Resistor arang mempunyai kemampuan arus listrik yang sangat rendah, sedangkan resistor yang terbuat dari kawat nikelin mempunyai kemampuan arus listrik yang sangat tinggi. Sedangkan wujud resistor yang berdaya listrik rendah dan nilai hambatannya digambarkan dengan kode warna. Sedangkan untuk resistor yang berdaya listrik besar ditulis dengan bentuk angka di badan resistor tersebut.
Macam - macam Resistor :
1. Resistor Tetap
Resistor tetap adalah resistor yang memiliki nilai hambatan yang tetap.
Resistor memiliki batas kemampuan daya misalnya: 1/16 watt, 1/8 watt, ¼ watt, ½ watt dsb.
Artinya resistor hanya dapat dioperasikan dengan daya maksimal sesuai
kemampuan dayanya.
Symbol resistor tetap :




2. Resistor tidak tetap ( Variabel )
Resistor variabel adalah resistor yang nilai hambatannya dapat diatur atau
dapat diubah-ubah sesuai dengan yang dibutuhkan. Contohnya antara lain
Potensiometer, Trimpot dan Hambatan geser. Resistor variabel banyak
digunakan sebagai alat pengatur volume suara, alat pengatur nada (volume
control), alat pengatur nada tinggi (trebble control) dan alat pengatur nada
rendah (bass control) seperti pada Amplifier yang banyak dijual dipasaran.
Untuk mengetahui nilai hambatan dari suatu Trimpot dapat dilihat dari angka
yang tercantum pada badan trimpot tersebut.

2.1.1. RESISTOR SEBAGAI PEMBAGI TEGANGAN
Dalam sebuah rangkaian seri, “Tegangan pada elemen penghambat akan
terbagi sebagaimana besar harga hambatan dan jumlah jatuh tegangan pada

2.2 TRANSISTOR
Transistor ditemukan pada 23 Desember tahun 1947. Transistor ditemukan
oleh tiga orang sarjana dari laboraturium Bell Telephone di Amerika Serikat. Nama - nama penemu transistor antara lain : William Sholey, Walter Bardeen,John Bardeen.
Transistor termasuk komponen aktif, dan memiliki dua jenis yaitu :
Transistor Bipolar dan Transistor Unipolar.
1. Transistor Bipolar adalah transistor yang memiliki dua persambungan
kutub. Transistor Bipolar dapat diibaratkan dengan dua buah dioda.


Gambarb.2.5 : Simbol Transistor (a) NPN, (b) PNP

Transistor merupakan suatu piranti semi konduktor yang memiliki sifat
khusus. Secara ekivalensi transistor dapat dibandingkan dengan dua dioda yang
dihubungkan dengan suatu konfigurasi.
Pada dasarnya transistor bekerja berdasarkan prinsip pengendalian arus
kolektor dengan menggunakan arus basis. Dengan kata lain arus basis mengalami penguatan hingga menjadi sebesar arus kolektor. Penguatan ini bergantung pada faktor penguatan masing-masing transistor (alfa dan beta), maka dalam tulisan ini transistor yang dipakai BC 547 dan 557

a. Daerah kerja Saturasi
Perpotongan dari garis beban dan kurva IB = IB(sat) disebut dengan
penjenuhan (saturasi). Pada titik ini arus basis sama dengan IB(sat) dan arus
kolektor adalah maksimum. Pada penjenuhan, dioda kolektor kehilangan
reverse bias dan kerja transistor yang normal terhenti. Untuk perkiraan
aproksimasi, arus kolektor pada penjenuhan adalah
Rc
Vcc I sat C _ ) ( ,
dan arus basis yang menimbulkan penjenuhan adalah
dc
Ic
I sat
sat B _
) (
) ( = ,
sedangkan tegangan kolektor pada penjenuhan adalah ) (sat CE CE V V = ,
dimana VCE(sat) diberika pada lembar data tiap-tiap transistor.
Jika arus basis lebih besar daripada IB(sat) , arus kolektor tak dapat
bertambah karena dioda kolektor tidak lagi di bias reverse. Dengan
perkataan lain, perpotongan dari garis beban dan kurva basis yang lebih
tinggi masih menghasilkan titik penjenuhan yang sama dalam
b. Daerah kerja Aktif
bila basis emitor (BE) diberi forward bias dan basis kolektor (BC)
diberi reverse bias.
c. Daerah kerja Cutoff
Pada gambar 2.3 menunjukkan bahwa titik dimana garis beban
memotong kurva IB = 0 disebut titik sumbat (cutoff). Pada titik ini arus
basis adalah nol dan arus kolektor kecil sehingga dapat diabaikan (hanya
arus bocor ICEO yang ada). Pada titik sumbat, dioda emitor kehilangan
forward bias dan kerja transistor yang normal terhenti. Untuk perkiraan
yang aproksimasi tegangan kolektor-emitor adalah Vcc V cutoff CE = ) ( .


Integrated Circuit (IC)
Integrated Circuit (IC) merupakan suatu komponen elektronika yang di
dalamnya sudah terintegrasi bermacam-macam komponen dan rangkaian
elektronika yang kita inginkan. IC sendiri dapat dibagi menjadi 3, yaitu :
- IC Analog, antara lain IC yang berguna untuk penguatan atau Op-
Amp, comparator dan sebagainya.
- IC Digital, antara lain IC yang didalamnya terdapat gerbang-gerbang
logika, decoder, encoder, multiplekser, demultiplekser, flip-flop,
counter, register geser, buffer dan sebagainya.
- IC Mixed, merupakan IC yang diolah sedemikian rupa sehingga
memiliki fungsi tersendiri. Contohnya IC yang berfungsi sebagai
monostable multivibrator, timer, converter dan sebagainya.
Kemudian IC tersebut dibagi kembali menjadi 2 yaitu IC TTL (Transistor

Kemudian IC tersebut dibagi kembali menjadi 2 yaitu IC TTL (Transistor
_Transistor Logic) yaitu IC yang di dalamnya terintegrasi komponen transistor
yang dirancang sedemikian rupa dan IC CMOS (Complementary Metal Oxide
Semiconductor) yaitu IC berbahan semikondutor yang mengkonsumsi energi lebih
rendah dibandingkan IC TTL yang modern sekalipun. Pada rangkaian Alarm
Pengingat ini IC yang digunakan adalah bertipe IC CMOS 4060 pada gambar di bawah ini.


  
2.6 MULTIVIBRATOR
Oscillator kenduran yang lazim digunakan untuk menghasilkan gelombang
non sinus, banyak berintikan pada rangkaian multivibrator, di gambar 2.12.
Multivibrator (MV) adalah suatu rangkaian yang mengeluarkan tegangan bentuk
blok. Sebenarnya MV merupakan penguat transistor dua tingkat yang dikopel
dengan kondensator, dimana output dari tingkat yang terakhir akan dikopel pada
input tingkat pertama, sehingga kedua transistor itu saling menyumbat. MV ada
yang berguncang bebas (Free Running) dan tersulut (Triggering). Ada 3 jenis
multivibrator :
a. ASTABLE MULTIVIBRATOR
Tidak memiliki kondisi yang “mantap” jadi akan selalu berguling dari
satu kondisi ke kondisi yang lain.
b. MONOSTABLE MULTIVIBRATOR
Memiliki satu kondisi yang stabil dan satu kondisi yang tidak stabil.
c. BISTABLE MULTIVIBRATOR
Memiliki dua keadaan yang stabil.


Rangkaian Multivibrator (MV) ini mampu menghasilkan bentuk gelombang kotak
yang berasal dari suatu input yaitu SCHMITT TRIGGER. Pada dasarnya Inputan
ini merupakan komparator yang memiliki nilai Hysterisis, dimana nilai ini
dibatasi oleh UTP dan LTP. Dimana UTP memiliki Vin yang mengakibatkan
keluaran meloncat dari keadaan rendah ke tinggi, dan LTP memiliki nilai Vin
yang sebaliknya. Inputan ini juga banyak digunakan sebagai saklar elektronik,
juga memiliki fungsi sebagai pembangkit gelombang asimetris. Multivibrator
pada rangkaian alarm pengingat sebagai Astable Multivibtor.



Gambar 2.12 Contoh Gambar rangkaian Mulvibrator
Seperti dilihat pada gambar 2.12. rangkaian Multivibrator ini akan bekerja
bedasarkan kerja dari 2 Transistor yang menggantung yaitu jika Tr1 dalam
keadaan on maka Tr2 dalam keadaan off. Kedua transistor tersebut
membandingkan sinyal dengan cara beda fase 180 °, jika digunakan motor –
motor yang sama maka sinyal tegangan yang dihasilkan keduanya berbentuk
simetris.

Tugas Proposal PI

BAB I
PENDAHULUAN


1.1. Latar Belakang Masalah
            Perkembangan teknologi dizaman sekarang ini dirasakan semakin pesat, terutama didalam dunia informasi dan teknologi. Indonesia sebagai salah satu Negara yang sedang berkembang sebagai salah satu contoh nyata didalam perkembangan teknologi itu sendiri. Sekarang ini banyak sekali ditemui alat-alat yang dapat membantu pengguna dalam mengerjakan pekerjaan yang sederhana sampai pekerjaan yang sulit sekalipun.
            Dalam keseharian kita tidak lepas dari yang namanya kesulitan, yang salah satu diantaranya adalah didalam perhitungan. Mungkin sebagian besar masalah itu dapat diselesaikan dengan alat-alat hitung yang memiliki kemampuan untuk menghitung sampai beberapa digit sekaligus. Untuk itu penulis tertarik untuk membahas suatu alat sederhana yang dapat membantu penggunanya didalam melakukan perhitungan.
Alat ini bernama  “PENCACAH BARANG DENGAN UP-DOWN COUNTER”. Penerapan alat ini juga tidak terlalu rumit karena biasanya banyak digunakan diperusahaan ataupun institusi yang bergerak dibidang kargo dan gudang. Karena lebih banyak digunakan pada  bagian pergudangan/ kargo  agar dapat mengetahui berapa jumlah barang yang keluar dan masuk pada saat itu. Karena alat ini cukup sederhana dan memeiliki keterbatasan perhitungan .
Untuk itulah penulis mencoba menguraikannya agar pembaca dapat memahami alat ini.
           
            
1.2. Rumusan masalah
            Ketertarikan penulis untuk membahas alat ini dikarenakan oleh berbagai jenis masalah perhitungan dan juga cara pembuatan alat itu juga. Untuk itu penulis mencoba memberikan jalan keluar dengan pembuatan alat pencacah barang dengan up-down counter ini. Walaupun alat yang dibahas disini merupakan alat yang cukup sederhana tapi tetap bertujuan untuk membantu penggunanya keluar dari masalah tersebut.

1.3. Tujuan Penelitian
            Tujuan penelitian ini selain untuk melengkapi tugas yang diajukan untuk melengkapi syarat D III / setara sarjana dan juga memberikan pemahaman penerapan alat itu ataupun cara kerjanya bagi kita semua.

1.4. Sistematika Tulisan ilmiah
Sistematika tulisan ilmiah ini akan terbagi kedalam  beberapa Bab sesuai isi dan pembahasannya masing-masing dan tiap Bab akan diuraikannya menjadi sub bab menurut keperluannya. Sistematika tulisa ilmiah terdiri dari :
BAB I        PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis akan dijelaskan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,  sistematika tulisan ilmiah.
BAB II       TEORI  DASAR
Pada bab ini penulis akan menjelaskan mengenai teori – teori dasar PENCACAH BARANG DENGAN UP-DOWN COUNTER, komponen yang digunakan dan cara kerja dari komponen – komponen dalam rangkaian tersebut.
 BAB III     RANCANGAN  & PENELITIAN
Pada bab ini penulis akan menjelaskan tentang cara kerja dan analisa rangkaian PENCACAH BARANG DENGAN UP-DOWN COUNTER, yang telah dibuat secara blok diagram dan cara kerja alat secara menyeluruh.
BAB IV     PERCOBAAN
Pada bab ini penulis akan menjelaskan tentang tujuan pembuatan alat, susunan alat, cara kerja alat, dan hasil percobaan setelah melakukan percobaan terlebih dahulu.
BAB V       PENUTUP
Pada bab ini penulis akan menjelaskan kesimpulan dari rangkaian dan saran – saran selama pembuatan alat  PENCACAH BARANG DENGAN UP-DOWN COUNTER.